You are currently viewing Daurah Al-Qur’an: Pentingnya Menata Niat Dalam Upaya Mengaji Al-Qur’an

Daurah Al-Qur’an: Pentingnya Menata Niat Dalam Upaya Mengaji Al-Qur’an

Membuka bulan Desember kali ini, SMAIT Abu Bakar Boarding School mengadakan kegiatan bertajuk “Daurah Al-Qur’an”. Kegiatan berbentuk pelatihan dalam waktu singkat ini diselenggarakan terpusat di Masjid Baitul Munir, pada Sabtu (2/12). Semua siswa terlibat sebagai peserta dalam kegiatan tersebut. Tujuannya tak lain ialah dalam rangka meningkatkan motivasi belajar al-Qur’an dan meraih nilai-nilai spiritual di balik aktivitas harian bersama al-Qur’an.

Hadir sebagai pemateri di awal kegiatan, Ust. Rohmatullah menyampaikan tausiah berkenaan dengan pentingnya menata niat bagi penghafal al-Qur’an. Sebab, jika seseorang yang berniat menghafal hanya berlandaskan niat duniawi saja patut disayangkan. Karena itu sangat tidak sepadan dengan keagungan al-Qur’an.

“Motivasi menghafal al-Qur’an harus ditata sejak awal. Ketika mengaji al-Qur’an jangan sampai hanya untuk kemuliaan dunia saja. Jika tujuannya hanya untuk pekerjaan itu sangatlah remeh. Kalian harus lebih daripada itu. Ketika menghafal al-Qur’an harus diniatkan karena ingin dekat dengan Rasulullah Saw. salah satunya,” ungkapnya.

Ada sebuah hadis menyatakan bahwa orang yang mahir al-Qur’an itu derajatnya sama dengan malaikat yang dititipi penjaga al-Qur’an. Di hadis lain, juga dikatakan bahwa sebaik-baiknya kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Kedua hadis tersebut sangat populer menjadi landasan motivasi bagi para penghafal al-Qur’an.

Seorang penghafal al-Qur’an juga sering disebut sebagai Shohib al-Qur’an. Mengingat perannya yang begitu mulia dalam upaya menjaga ayat-ayat al-Qur’an. Perlu diketahui bahwa yang disebut Shohib al-Qur’an adalah seseorang yang menghafalkannya. Dengan hafalan tersebut berarti Ia memilikinya. Bukan hanya sekadar sebagai pembaca tetapi juga harus menjaga perilakunya.

“Akhlak paling agung bagi penghafal al-Qur’an adalah mendaras al-Qur’an dan menghormati guru-guru yang mengajarkan al-Qur’an. Baik yang pernah mengajar kita dulu atau yang tidak pernah mengajar kita sama sekali. Hal lain yang tidak boleh ketinggalan adalah untuk selalu mendoakan orang tua,” imbuhnya.

Menutup tausiahnya, Ust. Rohmat berbagi amalan penting bagi para penghafal al-Qur’an secara khusus, maupun pembelajar al-Qur’an pada umumnya. Boleh jadi amalah tersebut sederhana namun sangat besar manfaatnya.

“Adapun amalan penting namun mudah diamalkan ialah membaca surah al-Fatihah. Jika ingin mendapatkan keberkahan lebih, minimal selalu berupaya membaca al-Fatihah untuk guru-guru dan orang tua. Paling tidak setiap hari bisa meluangkan membacakannya 100 kali untuk mereka. Salah satu fungsi amalan di atas di antaranya adalah dapat menambah kuat hubungan spiritual dan emosional antara murid dan gurunya,” pungkasnya. (fth)