You are currently viewing Kilas Cerita di Balik Puasa Ramadan di Sekolah

Kilas Cerita di Balik Puasa Ramadan di Sekolah

Tahun ini merupakan kali kedua siswa ABBSKP berpuasa Ramadan di sekolah. Pada tahun sebelumnya, sebagian mereka telah merasakan Ramadan di sekolah dengan adanya pembatasan beberapa hal. Namun, untuk kali ini mereka dapat aktif berkegiatan Ramadan tanpa ada pembatasan pasca pandemi. Tentu saja banyak pelajaran yang dapat diambil sebagai kesan berikut hikmahnya.

Mereka yang jauh dari orang tua merasakan bagaimana kali pertama Ramadan di tempat rantau. Biasanya dekat orang tua dan sanak saudara, kini harus mandiri. Di sini yang menjadi saudaranya adalah teman-teman seperjuangan. Kendati demikian, sebagian lainnya juga telah terbiasa merasakan Ramadan tanpa orang tua. Sebab, sebelumnya mereka juga sekolah berasrama atau di pesantren.

Keseruan kisah itu dapat diungkapkan begitu saja. Apa adanya kenyataan yang dihadapi benar-benar menyertai hari-hari mereka. Beberapa kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah, menjadi satu motivasi tersendiri untuk lebih aktif dalam Ramadan ini. Meskipun demikian, ada yang merasa masih kurang kegiatan. Sebab itulah mereka merasa biasa-biasa saja.

Seperti diungkapkan Raden Refian, mengaku kalau puasa kali ini lumayan berkesan. Baginya, target capaian selama Ramadan di sekolah ialah mengkhatamkan al-Qur’an lebih banyak daripada biasanya. “Ini adalah kali pertama saya menjalani puasa Ramadan jauh dari rumah. Dengan menjaga kesehatan selama puasa, saya berharap semoga bisa khatam al-Qur’an tiga kali lebih,” tuturnya.

Salah satu siswa mengungkapkan keluh kesahnya selama Ramadan di sini. Terkadang Ia merasakan kantuk dan lelah luar biasa saat belajar. Rindu keluarga juga seringkali menggelayuti perasaannya. Namun, hal demikian menjadi seketika dilupakan karena puasa bersama teman-temannya di sekolah jauh lebih menyenangkan.

“Saya terkadang merasa rindu dengan keluarga. Namun, karena keseruan puasa di sekolah menjadikanku lupa. Saya juga memiliki target agar bisa menambah hafalan dua juz istiqomah. Amiiin,” ungkap Marcel.

Sementara Afif Wijaksana, siswa asal Kalimantan Tengah mengaku jika ini merupakan puasa pertamanya di sekolah. Ia pun sempat kaget dengan kebiasan baru yang dirasakan. Selain menjadi tantangan tersendiri, Ia pun termotivasi untuk mengadaptasikan diri dengan hal-hal baru yang ditemukan saat puasa kali ini.

“Karena merupakan puasa pertama saya di sekolah, sempat badan saya terkaget. Tapi, cukup berkesan senang rasanya bisa puasa bersama teman-teman. Target utama saya pun kurang lebih sama dengan mereka. Minimal dapat mengkhatamkan al-Qur’an walau sekali selama puasa di sekolah kali ini,” tutupnya. (fth)