You are currently viewing Agar Hidupmu Selalu Penuh Rasa Syukur

Agar Hidupmu Selalu Penuh Rasa Syukur

Hidup manusia tidak pernah lepas dari berbagai ujian dan anugerah. Dalam kondisi apapun, rasa syukur menjadi kunci untuk menjaga hati tetap tenang dan optimis. Orang yang senantiasa bersyukur akan mampu melihat kebaikan di balik setiap keadaan, sehingga hidupnya lebih bermakna. Tanpa rasa syukur, seseorang mudah terjebak dalam keluh kesah dan merasa kurang, meski sebenarnya telah diberi banyak nikmat oleh Allah.

Secara sederhana, syukur berarti mengakui nikmat Allah dengan hati, lisan, dan perbuatan. Syukur terbagi menjadi tiga: syukur hati dengan merasa ridha, syukur lisan dengan memuji Allah, serta syukur perbuatan dengan menggunakan nikmat pada jalan yang diridai-Nya. Allah berfirman dalam QS. Ibrahim [14]: 7 bahwa, “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”

Sebagai penguat hal di atas, Rasulullah Saw. pun menegaskan pentingnya syukur sebagai bentuk ketaatan yang mendatangkan keberkahan dalam hidup. Dengan senantiasa menjalankan ketaatan menjadi tanda kesyukuran seseorang atas nikmat kesehatan dan Islam yang melekat padanya.

Di era modern yang serba cepat seperti sekarang ini, rasa syukur dapat diimplementasikan dengan cara sederhana yang dapat berdampak besar. Misalnya, mensyukuri kesehatan dengan menjaga pola hidup sehat, bersyukur atas ilmu dengan mengamalkannya, serta mensyukuri waktu dengan mengisinya dengan kegiatan bermanfaat. Syukur juga dapat diwujudkan melalui kepedulian sosial, yakni berbagi dengan sesama, karena sejatinya nikmat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk kebaikan orang lain.

Bagi kaum milenial, rasa syukur sangat relevan di tengah persaingan akademik, karier, dan gaya hidup digital. Seorang mahasiswa, misalnya, dapat bersyukur dengan menerima hasil belajar sebagai motivasi untuk terus berusaha lebih baik. Anak muda yang aktif bermedia sosial bisa menunjukkan rasa syukur dengan menggunakan platform tersebut untuk menyebarkan hal-hal positif, bukan hanya sekadar mengikuti tren. Dengan bersyukur, kaum milenial dapat lebih fokus pada perkembangan diri daripada terjebak dalam perbandingan yang melelahkan.

Para ulama menekankan bahwa syukur menjadi sumber kebahagiaan dan penopang iman. Salah satunya, Imam al-Ghazali menegaskan bahwa nikmat yang disyukuri akan bertambah, sementara nikmat yang diabaikan bisa hilang. Syukur juga membuat hati lebih lapang, menjauhkan dari iri, serta menumbuhkan optimisme dalam menghadapi kehidupan. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya menjadikan syukur sebagai prinsip hidup, karena dengan bersyukur, seseorang tidak hanya memperoleh kebahagiaan dunia, tetapi juga ridha Allah di akhirat. (fth)

Penulis: Abdul Fatah, S.Ud., M.Ag.