You are currently viewing Studium Generale Ke-VI: Pentingnya Peran Orang Tua Dalam Kolaborasi Pendidikan Bersama Sekolah

Studium Generale Ke-VI: Pentingnya Peran Orang Tua Dalam Kolaborasi Pendidikan Bersama Sekolah

Menjadi kegiatan rutin tahunan, Studium Generale menjadi gerbang awal pendidikan siswa baru kelas X dimulai. Berbeda dari dua edisi tahun sebelumnya, Studium Generale ke-VI kali ini digelar secara tatap muka di Kampus SMA IT Abu Bakar Kulon Progo pada Ahad (17/7) pagi. Sejumlah siswa baru datang bersama orang tua dan keluarganya mengikuti kegiatan tersebut. Mereka terdiri lebih dari 100 siswa yang telah diterima dari berbagai penjuru wilayah kabupaten/kota provinsi di Indonesia. Hadir pula sebagai tamu undangan, di antaranya ada Ketua KYM, Pengawas Pembina Sekolah, dan jajaran perangkat desa Triharjo.

Ada yang istimewa dari jumlah siswa diterima tahun ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini siswa diterima dalam empat rombel. Ini menjadi kali pertama, siswa terbanyak diterima di SMA IT ABBSKP. Tentunya, Kepala Sekolah juga berharap momen ini menjadi awal yang baik sebagai bentuk kepercayaan orang tua kepada sekolah. Kendati tidak mudah mendidik siswa sejumlah tersebut, namun bukan mustahil untuk tetap bisa dicapai dengan mengembangkan rasa saling percaya satu sama lainnya.

Guru bukan satu-satunya yang akan berperan dalam proses pendidikan. Orang tua sebagai partner pendidikan memiliki daya kemampuan juga untuk berperan dalam kolaborasi pendidikan. Itulah sebabnya sekolah ini selalu mengajak kompromi dalam membangun sinergitas antar pihak yang berkepentingan. Kompetensi dan harapan merupakan salah satu model sinergi yang bisa dibangun bersama. Guru sebagai pelaksana pendidikan harus ditopang oleh orang tua yang turut berperan sebagai pendukung dengan upaya merawat keharmonisan antara orang tua dan sekolah.

Prosesi Serah Terima Siswa Kepada Sekolah

Seperti biasanya, Bapak Agus Heri selaku pengawas pembina sekolah selalu memotivasi pihak pengelola sekolah untuk selalu tumbuh dan berkembang mengikuti zaman. Bagaimana pun kompetensi guru menjadi satu persoalan yang menentukan hasil belajar siswa. Namun, di sekolah ini selalu adaptif mengikuti perkembangan zaman dengan selalu meng-upgrade kemampuan dan profesionalitas guru. Dari workshop ke workshop, kompetensi guru akan selalu didampingi dan dipantau perkembangannya.

Kegiatan ini ditutup dengan serah terima siswa baru kepada sekolah. Satu siswa didampingi orang tua mewakili sesi tersebut. Penyerahan siswa kepada sekolah ini menandai serah tanggung jawab pendidikan sepenuhnya diberikan kepada sekolah. Tentunya, sekolah dengan tangan terbuka dan penuh tanggung jawab menerima amanah tersebut. Dengan demikian, melalui kegiatan ini orang tua maupun sekolah dapat lebih intens dalam berkolaborasi mengedepankan rasa kesalingan untuk memajukan pendidikan Islam ke depannya. (fth)